Merokok di Malam Jumat Kliwon

Pada pagi hari, Udin memulai rutin hariannya dengan membawa galon-galon air isi ulang yang telah diisi penuh dan mengelilingi kompleks dengan menunggangi motor roda tiganya. Ia mengunjungi toko-toko kelontong di kompleks tersebut dan menukarkan galon kosongnya dengan galon yang sudah terisi penuh. Setelah selesai, ia kembali pulang dengan membawa galon-galon kosong tersebut.
Ketika Udin tiba di depo isi ulang miliknya, istrinya, Julia Lea, yang sangat galak telah siap mengisi galon-galon kosong tersebut dengan air isi ulang miliknya. Karena lelah, Udin duduk di sofa depan sambil mengambil sebatang rokok yang ujungnya berwarna hitam, pertanda dimatikan paksa.
Julia bertanya, "Apakah kamu akan merokok lagi?"
Udin melepaskan rokok yang telah digunakannya dan menjawab, "Tidak, aku hanya akan membuangnya di tempat sampah."
Julia mengancam, "Jangan merokok lagi atau kamu tidak akan mendapatkan malam ini."
Udin pun hanya bisa mengelus elus dadanya sambil tersenyum.
Pada malam jumat kliwon, Udin belum tidur hingga jam 12 malam. Ia duduk di ranjang sambil menatap kosong ke depan sambil sesekali melihat istrinya yang tertidur pulas di sampingnya. Ia menggoyang-goyangkan tubuh istrinya yang bahenol. "Oh, dia sudah tertidur pulas," ucapnya lirih. Udin kemudian dengan pelan turun dari ranjangnya dan dengan langkah pelan berjalan ke arah kursi rias di kamarnya. Ia mengambil sebatang rokok dari bawah meja rias dan dengan wajah kegirangan menatap satu batang rokok di jarinya. "Aha, rokok masih ada," ucapnya lirih. Sejurus kemudian, ia menyulut rokok yang telah menempel di bibirnya.
Sementara Udin asyik menghisap rokok sambil menunduk ke bawah, ia tiba-tiba merasa ada yang aneh. "Sepertinya ada orang di belakangku," gumamnya. Sejurus kemudian, ia mengalihkan pandangan ke belakang kursi rias dan terkejut melihat tubuh besar istrinya berdiri tegap di belakangnya.
"Ayo, kamu terus saja bandel," bentak istrinya sambil menjewer telinga Udin.
Kepala Udin terangkat ke atas dan ia merintih, "Ampun, ampun, sayang."
Istri Udin menarik tubuh Udin ke belakang dan melemparkannya kembali ke tempat tidur. "Jika aku melihat kamu merokok lagi, aku akan mengirimmu kembali ke orang tuamu," ancam istrinya dengan nada tinggi.
"Ampun, sayang," Udin merintih sambil memohon pada istrinya.
Pada pagi itu, Udin kembali mengantarkan galon air berkeliling kompleks. Tiba-tiba ia menghentikan motornya di bawah pohon beringin di taman kompleks. "Sepertinya aman merokok di sini, jauh dari gajah way kambas," ucapnya.
Tak lama kemudian, sementara Udin sedang asyik merokok, tiba-tiba suara nada dering handphonenya berbunyi. Ia mengambil handphonenya dari sakunya dan terkejut saat melihat layar handphonenya. Ternyata istrinya yang sedang menelepon.
"Halo, sayang," jawabnya dengan terbata-bata. "Kamu sekarang kembali ke depo, kemudian bersihkan pakaianmu dan pulang ke rumah orangtuamu," perintah istrinya dengan suara keras melalui telepon.
Udin terkejut. "Lho, kenapa lagi, sayang?" tanyanya bingung.
"Kamu tidak usah mengelak, kamu sedang merokok kan?" tanya istrinya.
"Siapa bilang?" tanya Udin dengan nada terbata-bata.
"Sudahlah, jangan banyak cingcong. Cepat kembali ke depo," pinta istrinya.
"Baiklah, sayang," jawab Udin setuju.
Setelah tiba di depo isi ulang, istri Udin dengan cepat menyambut kedatangan Udin dengan membawa pentungan dari kayu balok.
Melihat keadaan itu, Udin segera memutar motor tiga roda yang membawa galon air isi ulang dan melaju cepat di jalan raya kota karena takut dipukul dengan kekerasan oleh istrinya.
Udin memutuskan untuk kembali ke rumahnya di desa setelah takut dipukuli oleh sang istri yang menyambutnya dengan kayu balok di depo isi ulang. Setelah tiba di rumah, ia merasa senang karena tidak ada yang akan menghalanginya merokok lagi. Sebagai bentuk kegembiraannya, Udin membeli 5 bungkus rokok filter.
Setelah merayakan pesta rokok selama 10 hari, tiba-tiba Udin merasa sesak di dada. Beberapa saat kemudian, saat sedang ngopi di warkop, Udin ambruk di kursi. Warga yang melihat kejadian tersebut segera membawa Udin ke Rumah Sakit terdekat menggunakan motor roda tiga milik Udin. Namun, saat perjalanan ke Rumah Sakit, Udin sudah tidak tahan lagi. Nafasnya sangat sesak, akhirnya ia pingsan sesaat di atas gerobak motor roda tiga yang merupakan warisan dari mertuanya.
Setelah tiba di Rumah Sakit, Udin sempat sadar seketika. Setelah itu ia diperiksa oleh suster yang gemoy, ternyata Udin terkena serangan jantung, dan Udin pun meninggal karena tak tahan melihat suster yang gemoy tersebut.